JANGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN KETIKA KITA SEDANG MARAH.
Grace adalah seorang General Manager di sebuah biro iklan lokal. Dia begitu pintar, tegas dan mempunyai leadership yang sangat tinggi.
Bossnya diam-diam sudah mempersiapkan promosinya untuk menjadi managing director tahun depan. Sang Boss mempunyai pemahaman bahwa akan lebih mudah mempersiapkan seorang pimpinan dari internal daripada merekrut orang baru. Selain kelacak kemampuannya, orang ini tentunya ga butuh lagi proses adaptasi dengan karyawan lainnya.
Satu-satunya hal yang masih mengganggu pikiran Sang Boss adalah prilaku Grace yang temperamental. Sebenarnya Grace orangnya baik, jujur dan bisa dipercaya. Kelemahannya adalah dia terlalu ambisius dan temperamental. Sebuah kombinasi yang kurang menguntungkan sebenernya. Itu sebabnya Si Boss memutuskan untuk menunggu setahun sekaligus memantau kelakuan Grace.
Namun rupanya Sang Boss tidak perlu menunggu setahun. Suatu hari Grace datang ke ruangannya. Wajahnya terlihat merah seperti sedang menahan murka. Tanpa mengetuk dia langsung mendorong pintu dengan kasar lalu masuk ke ruangan Si Boss.( Next...)
"Boss! Kok Marketing Manager kita dikirim training ke London?" katanya keras.
"Memang kenapa?" tanya Si Boss kalem.
"Jabatan saya lebih tinggi dari dia, seharusnya saya yang pergi?"
"Saya mau dia yang pergi." sahut Si Boss tetep kalem.
"Kalau toh harus dia kenapa ga konsultasi ke saya? Saya kan atasannya!!!" sahut Grace setengah membentak.
"Saya ga butuh persetujuan siapapun untuk mengambil keputusan tentang apapun di kantor ini."
"Tapi saya kan General Manager?!!" Kali ini Grace benar-benar membentak Bossnya sendiri.
"Dan saya President Director." sahut Sang Boss tetap dengan suara kalem. Sambil berkata begitu dia melangkah ke arah pintu dan memberi syarat agar Grace segera meninggalkan ruangan itu.
Dengan murka Grace melangkahkan kaki lalu sempat-sempatnya membanting pintu dengan keras. Sementara Si Boss tetap tenang dan tidak memberikan reaksi apapun. Si Boss ini memang terkenal cool, baik dan sangat sabar.
Apa yang terjadi selanjutnya? Grace menerima kenyataan pahit sebagai balasan dari perbuatannya. Dia tidak pernah naik jabatan sebagai Managing Director. Sang Boss berubah pikiran dan akhirnya menarik profesional lain untuk menduduki jabatan itu.
Grace tentu saja semakin murka dan tidak bisa menerima hal itu. Selama ini dia merasa telah menjadi motor perusahaan. Bagaimana mungkin tiba-tiba saja ada orang mengisi jabatan yang dia idam-idamkan? Bagaimana mungkin sekonyong-konyong ada orang baru direkrut dan menjadi atasannya! Tanpa pikir panjang dia langsung bikin surat resign dan meninggalkan perusahaan itu esok harinya.
Sejak itu mulailah dia melamar ke berbagai perusahaan. Dengan pengalaman dan port folionya, Grace sangat yakin akan mudah mendapatkan pekerjaan.
Tapi hidup memang tidak semudah harapan manusia. Sampai tahun berikutnya Grace belum juga mendapat pekerjaan baru. Walaupun dia pintar dan port folionya bagus tapi permintaan gajinya terlalu besar bagi perusahaan lain. Belum lagi fasilitas-fasilitas lainnya seperti tunjangan perumahan, kendaraan dan lainnya. Para pemimpin perusahaan yang tadinya sangat bernafsu untuk merekrutnya langsung mundur teratur mendengar permintaan Grace.
Mulailah Grace menyesali perbuatannya. Dia kini menyadari ternyata cuma perusahaan lamanya yang sangat menghargai profesionalismenya. Dia menyadari bahwa Boss lamanya adalah Boss idaman bagi anak buahnya, Boss yang sangat apresiatif pada staffnya yang berprestasi. Grace mencoba menghubungi Boss lamanya tapi jabatan yang dulu didudukinya telah diisi oleh profesiaonal lain.
Hikmah apakah yang dapat ditarik dari cerita di atas?
Tuhan telah menyediakan rejeki bagi tiap manusia yang ada di dunia ini. Ada banyak kran-kran rejeki di dunia yang telah dipersiapkan olehNya.
Pertanyaannya sekarang, di manakah kran itu berada?
Seorang bijak pernah berkata bahwa semua teman adalah kran rejeki kita. Dari temanlah kita tau ada lowongan pekerjaan. Dari temanlah kita menemukan network di mana kita dapat menemukan banyak peluang. Temanlah yang mengajak kita untuk bermitra dalam mengelola sebuah bisnis. Cuma teman sejati yang akan membantu setiap kali kita dalam kesusahan.
Jadi bisa dibayangkan betapa berharganya sebuah hubungan antar-manusia. Dalam kasus di atas jelas terlihat bahwa Grace telah menutup kran rejekinya sendiri. Kalau dia bisa menjaga hubungan baik dengan bossnya, sudah pasti dia akan menduduki jabatan Managing Director. Dan sudah pasti gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya akan meningkat.
Marilah kita berinstropeksi. Sudahkah kita berbuat baik agar hubungan kita dengan semua teman menjadi semakin membaik? Jangan tunda lagil Lakukanlah sekarang. Jangan sampai apa yang terjadi pada Grace terjadi pada kita. Memperbanyak pertemanan berarti memperbanyak kran rejeki kita. Mencampakkan teman berarti menyumpal kran rejeki kita sendiri.
Sayangnya kita cuma manusia biasa. Tuhan telah menciptakan waktu. Dan waktu semakin lama menggeragoti usia. Sudah cukup banyak teman-teman yang mendahului kita. Sudah cukup banyak kran-kran rejeki kita yang tidak lagi berfungsi karena dipanggil Allah SWT. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Mari kita manfaatkan waktu yang tersisa. Perbanyaklah pertemanan dan peliharalah persahabatan yang ada. Kedua hal itulah yang harus kita lakukan sekarang. Mari kita pererat tali silaturahmi dengan semua orang yang pernah masuk kedalam hidup kita. Persahabatan tidak ada hubungannya dengan materi, dengan usia, dengan pangkat, agama, jenis kelamin. Siapapun mereka mari tawarkan jalinan pertemanan. Strangers are just friends waiting to happen. Begitu seorang bijak berkata.
Teman adalah asset! Semakin banyak teman, semakin banyak pula kran rejeki kita. Jadi kepada seluruh teman-teman, terimakasih karena telah mau menjadi teman saya. Dengan hubungan yang semakin membaik insya Allah rejeki kita semua juga akan meningkat. Amin3X.
Dari Milis Sang Penulis, Tanggal 1 April 2011 oleh Budiman Hakim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar